Kemeriahan Kafe hingga Pasar
Kemeriahan menyambut Piala Dunia 2014 menyihir jutaan pasang mata di dunia. Nonton bareng pun menjadi acara seru. AJANG Piala Dunia membawa gereget bagi setiap wargadi planet ini. Tidak peduli apakah negaranya ikut di antara 32 kontestan atau tidak. Fenomena itu juga terjadi di Indonesia. Setiap sudut negeri ini ikut meramaikan perhelatan akbar empat tahunan tersebut.
Magnet Piala Dunia membuat orang sejenak meninggalkan kegiatan rutin mereka. Berbagai tempat mulai kafe dengan harga makanan dan minuman mahal, pasar, hingga kampung-kampung meramaikan Piala Dunia dengan acara nonton bareng (nobar).
Seperti di Cafe Sahabat yang berlokasi di Jalan Jatiwaringin, Jakarta Timur. Gemuruh sorak sorai pendukung tim yang bertanding membahana pada dini hari beberapa waktu lalu. Mereka terhipnosis oleh aksi bintang kesayangan masingmasing yang tengah beraksi di lapangan hijau melalui layar berukuran 2 x 3 meter dan LCD 52 inci. Teriakan yel-yel sembari menikmati makanan serta minuman menambah hangat suasana. “Goolll...!“ teriak salah seorang pengunjung kafe pendukung salah satu tim yang tengah berlaga.
Murdani, 31, pemilik Cafe Sahabat, mengatakan, selama pergelaran Piala Dunia, kafe yang berdiri sejak 2012 itu memang menggelar acara nobar. Selain itu, kafe tersebut menggelar nobar pertandingan sepak bola lainnya.
“Selama Piala Dunia 2014, setiap hari kami menggelar nobar,“ kata Murdani, beberapa waktu lalu. Untuk bisa nobar di kafe miliknya, pengunjung tidak dipungut biaya. Hanya dengan memesan makanan atau minuman, pengunjung bisa menonton Piala Dunia dan merasakan kemeriahannya. “Gratis, enggak dipungut biaya. Rencana kami juga mau adakan door prize,“ ucapnya.
Salah seorang pengunjung, Randi, 25, mengatakan menyaksikan sepak bola bersama penggemar lainnya lebih meriah ketimbang menyaksikan di rumah. Ada taruhan Kemeriahan Piala Dunia tidak hanya ada di kafe, tapi juga di warung-warung kopi di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan. Acara nobar tetap ramai meski pengunjung warung kopi harus menyaksikan pertandingan melalui televisi berukuran 21 inci dengan kualitas gambar yang kurang bagus. “Di sini banyak yang hobi bola, jadi setiap malam ramai nobar,“ ucap Asep, 51, pemilik warung kopi.
Ia mengaku mendapat berkah dari perhelatan Piala Dunia. Pendapatannya dari menjual kopi dan rokok bertambah dengan acara nobar di warung miliknya. “Pendapatan saya per hari bisa sampai Rp300 ribu. Alhamdulillah, ramai,“ ujarnya.
Demikian halnya nobar yang digelar warga RT 05/07, Kelurahan Cawang, Jakarta Timur, saat laga 16 besar Belanda vs Meksiko, Minggu (29/6) malam.
Adi dan 16 rekannya menggelar acara nobar di gang tempat tinggal mereka dengan menempatkan televisi 21 inci di atas meja. Di depan televisi, ditata sejumlah bangku panjang dan selembar tikar yang mereka duduki beramai-ramai.
Sementara itu, makanan dan minuman yang mereka nikmati sambil nonton dibawa masing-masing. “Yang mau bawa makanan atau minum silakan. Akan tetapi, nonalkohol, karena di sini bukan tempatnya,“ ucap Adi.
Gerald, 29, yang juga bergabung di tempat tersebut dan menjagokan tim Belanda, mengaku ikut nobar karena memasang taruhan dengan rekannya. “Ada taruhan juga, yaitu menebak skor hingga 90 menit. Yang ikut lima orang.
Nilai total Rp200 ribu sekali taruhan,“ kata dia. (Ths/J-4) – Media Indonesia, 1 Juli 2014, Halaman 9
Magnet Piala Dunia membuat orang sejenak meninggalkan kegiatan rutin mereka. Berbagai tempat mulai kafe dengan harga makanan dan minuman mahal, pasar, hingga kampung-kampung meramaikan Piala Dunia dengan acara nonton bareng (nobar).
Seperti di Cafe Sahabat yang berlokasi di Jalan Jatiwaringin, Jakarta Timur. Gemuruh sorak sorai pendukung tim yang bertanding membahana pada dini hari beberapa waktu lalu. Mereka terhipnosis oleh aksi bintang kesayangan masingmasing yang tengah beraksi di lapangan hijau melalui layar berukuran 2 x 3 meter dan LCD 52 inci. Teriakan yel-yel sembari menikmati makanan serta minuman menambah hangat suasana. “Goolll...!“ teriak salah seorang pengunjung kafe pendukung salah satu tim yang tengah berlaga.
Murdani, 31, pemilik Cafe Sahabat, mengatakan, selama pergelaran Piala Dunia, kafe yang berdiri sejak 2012 itu memang menggelar acara nobar. Selain itu, kafe tersebut menggelar nobar pertandingan sepak bola lainnya.
“Selama Piala Dunia 2014, setiap hari kami menggelar nobar,“ kata Murdani, beberapa waktu lalu. Untuk bisa nobar di kafe miliknya, pengunjung tidak dipungut biaya. Hanya dengan memesan makanan atau minuman, pengunjung bisa menonton Piala Dunia dan merasakan kemeriahannya. “Gratis, enggak dipungut biaya. Rencana kami juga mau adakan door prize,“ ucapnya.
Salah seorang pengunjung, Randi, 25, mengatakan menyaksikan sepak bola bersama penggemar lainnya lebih meriah ketimbang menyaksikan di rumah. Ada taruhan Kemeriahan Piala Dunia tidak hanya ada di kafe, tapi juga di warung-warung kopi di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan. Acara nobar tetap ramai meski pengunjung warung kopi harus menyaksikan pertandingan melalui televisi berukuran 21 inci dengan kualitas gambar yang kurang bagus. “Di sini banyak yang hobi bola, jadi setiap malam ramai nobar,“ ucap Asep, 51, pemilik warung kopi.
Ia mengaku mendapat berkah dari perhelatan Piala Dunia. Pendapatannya dari menjual kopi dan rokok bertambah dengan acara nobar di warung miliknya. “Pendapatan saya per hari bisa sampai Rp300 ribu. Alhamdulillah, ramai,“ ujarnya.
Demikian halnya nobar yang digelar warga RT 05/07, Kelurahan Cawang, Jakarta Timur, saat laga 16 besar Belanda vs Meksiko, Minggu (29/6) malam.
Adi dan 16 rekannya menggelar acara nobar di gang tempat tinggal mereka dengan menempatkan televisi 21 inci di atas meja. Di depan televisi, ditata sejumlah bangku panjang dan selembar tikar yang mereka duduki beramai-ramai.
Sementara itu, makanan dan minuman yang mereka nikmati sambil nonton dibawa masing-masing. “Yang mau bawa makanan atau minum silakan. Akan tetapi, nonalkohol, karena di sini bukan tempatnya,“ ucap Adi.
Gerald, 29, yang juga bergabung di tempat tersebut dan menjagokan tim Belanda, mengaku ikut nobar karena memasang taruhan dengan rekannya. “Ada taruhan juga, yaitu menebak skor hingga 90 menit. Yang ikut lima orang.
Nilai total Rp200 ribu sekali taruhan,“ kata dia. (Ths/J-4) – Media Indonesia, 1 Juli 2014, Halaman 9
0 komentar:
Posting Komentar